Menurut para ilmuwan bahan plastik yang tertimbun di
dalam tanah membutuhkan waktu ribuan tahun baru bisa diuraikan sepenuhnya oleh
bakteri. Namun hal itu tidak lagi akan
menjadi masalah, karena sudah ditemukan cara agar proses penguraian plastik
oleh bakteri bisa dipercepat hingga tiga bulan saja.
Untuk
itu anda hanya membutuhkan media tanah, ragi dan air, sebagai fermenter atau
sarana untuk proses pembusukan. Plastik-plastik yang akan dihancurkan dikumpulkan
dan dimasukkan ke dalam tempat berisi tanah, bercampur ragi dan air.
Wouw!
Sampah plastik akan hancur dalam waktu yang luar biasa singkat – hanya tiga
bulan berdasarkan hasil penelitian untuk jumlah tertentu – dibanding perkiraan
ilmuwan sekitar 200 hingga 1000 tahun. Ini bukan sulap, tapi merupakan
pekerjaan makhluk sangat kecil bernama bakteri Sphingomonas dan Pseudomonas.
Daniel
Burd, seorang remaja siswa sebuah SMP di Waterloo, Kanada adalah penelitinya.
Dengan bantuan gurunya, Mark Menhennet, dia mengadakan penelitian tersebut.
Pertama-tama,
ia memasukkan sejumlah kantong plastik ke dalam sejenis tepung. Berikutnya, ia
menggunakan bahan-kimia rumah tangga biasa, yaitu ragi dan air bersih untuk
menciptakan suatu solusi yang akan mendorong pertumbuhan mikroba. Untuk itu, ia
menambahkan bubuk plastik dan tanah. Kemudian campuran bahan itu ditempatkan
dalam alat pengocok pada suhu kamar 30 derajat.
Setelah tiga bulan terjadinya peningkatan konsentrasi
jumlah mikroba pemakan plastik, Burd menyaring keluar bubuk plastik sisa dan
menaruh kultur bakterinya ke dalam tiga botol berisi lembaran-lembaran potongan
plastik dari kantong kresek belanja. Sebagai
alat kontrol, dia juga menambahkan plastik ke dalam botol-botol berisi air
mendidih yang berakibat kultur bakterinya mati.
Enam
minggu kemudian, dia menimbang berat lembaran-lembaran plastik.
Lembaran-lembaran dalam botol kontrol beratnya tetap. Tetapi lembaran-lembaran
plastik yang berada bersama kultur bakteri yang hidup beratnya rata-rata berkurang
17 persen.
Itu
belum memuaskan Burd. Untuk mengidentifikasi bakteri di dalam kulturnya, ia
membiarkan mereka tumbuh pada piring agar-agar dan dia mendapati ada empat
jenis mikroba. Ia mengujinya pada lebih banyak lembaran-lembaran plastik dan
menemukan hanya pada yang kedua penurunan berat plastik terjadi secara
signifikan.
Berikutnya,
Burd mencoba mencampur mikroba paling efektif tadi dengan mikroba lainnya. Dia
menemukan mikroba pertama dan kedua secara bersama-sama menghasilkan 32 persen
penurunan berat lembaran-lembaran plastik. Dia berteori mikroba yang pertama
menolong mikroba kedua bereproduksi.
Dari
test-test untuk mengidentifikasi mikroba didapati mikroba kedua adalah bakteri Sphingomonas
dan bakteri penolong itu adalah Pseudomonas. Seorang peneliti di
Irlandia sudah menemukan bakteri Pseudomonas mampu menurunkan jumlah polystyrene
(sejenis karet sintetis), tetapi sejauh ini baru Burd dan gurunya itu yang
diketahui pertama kali melakukan riset pada tas plastik berbahan polyethelene.
Berikutnya,
Burd menguji efektivitas mokrobanya pada temperatur dan tingkat konsentrasi
yang berbeda-beda serta dengan penambahan sodium asetat sebagai sumber karbon
yang sedia untuk membantu pertumbuhan bakteri.
Pada suhu
37 derajat dan konsentrasi bakteri yang optimal, dengan sedikit tambahan sodium
asetat ke dalamnya, Burd mencapai 43 persen penurunan dalam enam minggu.
Plastik
dihabiskannya dengan lebih nyata dan jelas dan lebih mudah, dan Burd menebak
setelah enam minggu lagi, plastik itu akan musnah. Namun dia belum mencobanya. Untuk
melihat bagaimana prosesnya akan berlangsung pada skala yang lebih besar, ia
mencoba dengan lima atau enam kantong yang utuh dalam sebuah ember yang berisu
kultur bakteri. Dan ternyata berhasil dengan baik.
Aplikasi
pada industri seharusnya juga mudah, kata Burd. “Semua yang anda butuhkan
adalah sebuah fermenter, yakni medium pertumbuhan, mikroba-mikroba dan kantong
plastik.”
Bahan-bahan
itu murah, untuk menjaga stabilitas temperatur yang diperlukan hanya sedikit energi
karena mikroba menghasilkan panas sendiri ketika proses berlangsung, dan
satu-satunya limbah adalah air dan sedikit karbon dioksida. Setiap mikroba
menghasilkan hanya 0,01 persen karbon dioksida dari beratnya yang sangat kecil
sekali, kata Burd.
Hasil
penelitian oleh remaja SMP ini merupakan sebuah langkah raksasa yang sangat
maju, di mana kita menggunakan alam untuk memecahkan masalah yang dibuat oleh
manusia.
Sumber : http://www.wired.com/wiredscience/2008/05/teen-decomposes/